Teman-teman mahasiswa tentunya pernah mendengar kata filsafat baik itu di dalam ruangan perkuliahan maupun di luar ruangan perkuliahan. Bahkan sebagian mahasiswa menekuni ilmu filsafat, terutama anak-anak organisasi. Saya sendiripun mengenal filsafat melalui kaderisasi organisasi eksetrnal kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Islam. Meski sebelumnya pernah mendengar kompilasi kata filsafat itu, Namun untuk mengenal lebih terkait filsafat saya mengenalnya lewat kaderisasi tersebut. Mengenal lebih, dalam hal ini bukan berarti saya paham betul terkait filsafat namun setidaknya rasa keingintahuan saya untuk lebih mengenal filsafat sedikit tergugah. Dan hal yang paling terpenting dalam berfilsafat adalah rasa keingintahuan tersebut.
Berbicara tentang filsafat, maka itu artinya kita berbicara tentang pemikiran yang mendalam dan menyeluruh. Artinya di dalam berfilsafat ada suatu proses interaksi intrapersonal yang membutuhkan akal dan daya pikir yang objeknya merupakan suatu hal yang umum atau universal. Oleh karena itu orang biasanya menggunakan istilah jalan sunyi dalam mendeskripsikan orang yang berfilsafat. Sebagaimana kata Jalaluddin Rumi bahwa "kesunyian adalah bahasa tuhan, selain itu hanyalah terjemahan yang buruk.
Namun sebelum jauh, perlu diketahui bahwa filsafat secara bahasa berasal dari bahasa yunani yaitu philo atau philein yang berarti cinta/kawan dan sophia yang artinya kebijaksanaan yang dalam bahasa inggrisnya philosphy dan dalam bahasa arabnya adalah falsafah. Seperti yang kita ketahui bahwa bangsa Indonesia di jajah oleh beberapa negara sejak abad ke 16 maka tidak heran lagi ketika bahasa Indonesia menyerap berbagai bahasa dari bangsa bangsa lain dan salah satunya kata filsafat ini. Ketiga bahasa tersebut merujuk pada suatu hakikat kebenaran atau kebijaksanaan. Dimana Phytagoras yang merupakan filsuf prasokratic yang merupakan orang pertama yang menggunakan kata filsafat itu menyebut dirinya sebagai pecinta kebijaksanaan (lover of wisdom).
Pernakah teman-teman melihat gelar seorang doktor yang melanjutkan program doktornya itu di luar negri ?.Biasanya orang-orang terbut bergelar Ph.D. bukan ?. Ph.D. itu sendiri adalah Philosopy Doktor. Artinya orang-orang yang telah meraih gelar tersebut dianggap mampu untuk berlaku bijaksana dalam hal-hal praktis maupun teoritis. Hal tersebut menunjukkan bahwa seorang doktor di tuntut untuk mampu berfilsafat dan berlaku bijaksana. Berfilsafat artinya kita berusaha untuk mencapai suatu konklusi yang membawa kita pada kebenaran atau kebijaksanaan dalam bertindak dan berpikir.
Dari pernyataan tersebut maka sangatlah baik jika kiranya kita mempelajari filsafat itu sendiri karena setiap tingkah laku kita dan setiap pemikiran kita akan berlandaskan pada kebijaksanaan dan kebeneran sehingga kita menjadi orang-orang yang benar pula. Hal tersebutlah yang menjadikan saya semakin tertarik pada ilmu filsafat meski belum memiliki pemahaman yang mendalam terkait filsafat tapi saya selalu berusaha untuk menjadi seorang pecinta kebijaksanaan itu. Seorang filosof muslim terbesar yang bernama Al-Farabi mendefinisikan filsafat sebagai ilmu tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakikatnya yang sebenarnya. Dari definisi Al- Farabi ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa sudah sepatutnya kita sebagai insan yang dikaruniai akal dan berfikir terus belajar dan berfilsafat untuk menambah dan memperkokoh keimanan kita. Bukan malah menjadi manusia yang sia-sia bahkan menganggap dunia tidak memiliki makna penciptaan(Nihilisme Nietzsche).
Filsafat dapat di jadikan sebagai cara berpikir karena bepikir secara filsafat berarti berpikir secara mendalam sampai pada hakikat, atau berpikir secara global, menyeluruh, atau berpikir yang di lihat dari berbagai sudut pandang ilmu pengetahuan.berpikir yang demikian itu sebagai upaya untuk dapat berpikir secara tepat dan benar serta sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan.
Menurut saya pribadi, filsafat ini perlu di perkenalkan sejak sekolah menengah pertama (SMP) agar melatih daya kritis setiap siswa. Karena jika kita melihat sekarang banyak sekali siswa menengah tidak mampu memahami setiap materi yang di bawakan oleh gurunya yang berarti kurangnya daya tangkap dan daya kritis. Saya mengatakan demikian karena jika kita melihat realitas sekarang ini hanya sebagian kecil orang-orang Indonesia yang mampu berinovasi dan berkreasi serta memilki daya kritis yang tinggi. karena sebuah pemahaman akan melahirkan suatu inovasi dan karya. Maka dari itu filsafat harusnya di hadirkan sebagai pemacu dan pemicu setiap siswa untuk memiliki nalar kritis dan pemahaman yang mendalam.
Di dalam suatu pendidikan tidak diperlukan suatu hafalan, urgensi dari pendidikan adalah pemahan. Dengan memahami suatu konsep dan pola tertentu maka tanpa menghafalpun memori akan lebih permanen tersimpan di dalam otak. Dengan pemahaman pula kita bisa dengan mudahnya melakukan perbaikan atau perubahan dari pengetahuan-pengetahuan sebelumnya. Ironinya saya tidak melihat wajah wajah pemahaman itu di kalangan pelajar Indonesia terutama di wilayah Sulawesi Tenggara. saya menyatakan hal tersebut dengan dasar bahwa kampus terbesar dan tervavorit di bumi Anoa ini adalah UHO namun sekian banyak orang yang saya temui, kurang dari 10% kurang paham mengenai paradigma dan metodologi. Dan salah satu dari yang saya temui itu adalah diri saya sendiri.
Kesimpulan pada penulisan ini urgensi dari pendidikan adalah pemahaman. Dan pemahaman yang baik dapat di dapatkan melalui pisau analisa yang disebut dengan Filsafat. Hanya dengan filsafat kita benar dalam kesalahan dan salah dalam kebenaran. Dan dengan filsafatlah para pendahulu dan nenek moyang kita membangun peradaban. Semoga kita menjadi salah satu pendorong kemajuan peradaban itu. AMIIIIN.......
#FILSAFAT ITU MENYENANGKAN#
Komentar
Posting Komentar